SOROWAKO – PIJARSULAWESI.ID – Di tengah krisis iklim global yang kian nyata, pesisir menjadi garis depan yang semakin rentan. Mangrove, lamun, dan terumbu karang, tiga benteng utama dari kerusakan lingkungan laut—mengalami tekanan luar biasa. Untuk itu, memeringati Hari Mangrove Sedunia, PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), bagian dari MIND ID, mengambil langkah nyata, menanam 2.000 bibit mangrove dan melakukan restorasi ekosistem bawah laut di kawasan pesisir Pasi-Pasi, Malili, Sulawesi Selatan.
Tak sendiri, aksi ini dilakukan dalam kolaborasi strategis bersama TNI Angkatan Laut (Danlantamal VI Makassar), Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, organisasi konservasi, dan masyarakat lokal. Inilah bentuk konkret komitmen PT Vale dalam praktik pertambangan yang berkelanjutan, bertanggung jawab, dan berorientasi jangka panjang.
“Kami tidak sekadar menanam pohon. Kami sedang menanam ketahanan untuk masa depan. Inilah cara kami membangun pertambangan yang tidak hanya produktif, tapi juga berpihak pada keberlanjutan,” ujar Abu Ashar, Wakil Presiden Direktur sekaligus Chief Operations & Infrastructure Officer PT Vale.
Data Krisis Ekosistem di Kawasan Pesisir Malili
Berdasarkan kajian ekologis PT Vale pada tahun 2022, kondisi pesisir Malili mengalami penurunan fungsi ekologis yang signifikan. Terumbu karang sehat hanya tersisa 30,96 hektar dari total 111 hektar. Ekosistem lamun tinggal 0,88 hektar.
Hutan mangrove masih seluas 647 hektar, namun dengan kepadatan rendah dan fungsi ekologis yang menurun drastis. Padahal, mangrove mampu menyerap karbon 3–5 kali lebih besar dari hutan tropis daratan, sekaligus melindungi wilayah pesisir dari badai, abrasi, dan kehilangan biodiversitas.
Rusaknya ekosistem ini berarti juga ancaman serius terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan masyarakat pesisir. “Kondisi ini adalah alarm. Jika pesisir rusak, maka ekonomi, sosial, dan masa depan kita ikut terdampak,” ujar Endra Kusuma, Direktur Hubungan Eksternal PT Vale
Restorasi Bawah Laut & Kolaborasi Lintas Sektor
Tak hanya menanam mangrove, PT Vale juga melakukan restorasi bawah laut dengan: Menurunkan 50 unit struktur transplantasi terumbu karang (spider reef) Membangun 20 rumah karang (nursery) di titik kritis kawasan Mangkasa Point.
Restorasi ini melibatkan Sorowako Diving Club (SDC), TNI AL, Yayasan Konservasi Cinta Laut Indonesia (YKCLI), Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, serta perangkat pemerintah desa setempat.
“Kegiatan ini adalah bagian dari pertahanan negara. TNI AL punya tanggung jawab strategis menjaga wilayah laut, tapi tugas besar ini harus dilakukan bersama,” ujar Danlantamal VI Makassar, Brigjen TNI (Mar) Dr. Wahyudi.
Masdin, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Luwu Timur yang mewakili Bupati Irwan Bachri Syam, menyampaikan apresiasinya. “PT Vale bukan hanya pelaku industri, tapi mitra strategis dalam menjaga lingkungan. Konsistensi ini patut jadi inspirasi.” Kepala Desa Pasi-Pasi, Sofian Ibnu Hasim, juga menyambut baik inisiatif ini dan berharap ke depan penanaman mangrove bisa terus diperluas dan melibatkan lebih banyak warga.
Bagian dari Strategi Jangka Panjang ESG
Restorasi ini bukan aksi sesaat. Sebelumnya, PT Vale juga telah menanam 1.000 bibit mangrove Rhizophora mucronata dan Rhizophora aviculata pada peringatan Hari Ozon Sedunia, 28 September 2024, di lokasi yang sama.
Kegiatan ini menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam menerapkan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG). Dengan melibatkan masyarakat lokal, PT Vale tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga membuka ruang bagi ekonomi kreatif dan sumber penghidupan alternatif, terutama bagi kelompok rentan pesisir.
“Restorasi ini bukan akhir, tapi awal. Setiap mangrove yang tumbuh dan terumbu yang pulih adalah bukti bahwa industri bisa dan harus menjadi bagian dari solusi iklim,” tutup Abu Ashar. ***