PALU.PIJAR SULTENG.ID – Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Sulawesi Tengah tinggal menunggu waktu. Segala persiapan sudah digodok, tinggal menanti kesediaan waktu Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, untuk bertandang ke Palu.
“Pak Ketum ingin hadir langsung. Tapi waktunya menyesuaikan agenda beliau,” ujar Ketua DPD II Golkar Kota Palu, Muhlis Aca, saat dihubungi Rabu, 7 Mei 2025.
Meski belum ada pengumuman resmi, suhu politik internal Golkar Sulteng perlahan menghangat. Nama-nama mulai beredar, lobi-lobi mulai terasa. Namun sejauh ini, belum satu pun kandidat secara terbuka mendeklarasikan diri.
“Yang berminat sudah ada, tapi masih tiarap,” kata Muhlis yang juga anggota DPRD Kota Palu dari Fraksi Golkar.
Beberapa kader Golkar di daerah mengakui sudah menjagokan figur tertentu. Tapi semuanya menolak bicara terang-terangan. “Nama-nama sudah digodok. Jangan ditulis dulu,” ujar salah satu kader dari wilayah barat Sulteng.
Dua nama yang saat ini paling santer dibicarakan di lingkaran DPD II adalah Imelda Liliana Muhidin dan Mohamad Irwan Lapatta.
Imelda dan Citra Kader Senior
Imelda bukan nama baru di tubuh Golkar Sulteng. Sepuluh tahun terakhir, ia menjabat sebagai Bendahara DPD I. Kini, ia baru saja terpilih sebagai Wakil Wali Kota Palu mendampingi Hadianto Rasyid untuk periode 2025–2029. Selain rekam jejaknya di partai, Imelda juga membawa pengaruh besar lewat nama besar sang ayah, Muhidin M. Said—politikus senior Golkar dengan rekam prestasi panjang.
“Dia punya kapasitas, pengalaman, dan jaringan yang mumpuni untuk memimpin Golkar menyongsong Pemilu 2029,” kata seorang kader dari Buol.
Irwan Lapatta Basis Kuat di Daerah
Di sisi lain, nama Irwan Lapatta juga menguat. Mantan Bupati Sigi dua periode ini kini menjabat sebagai Ketua DPD Kosgoro Sulteng, salah satu organisasi pendiri Partai Golkar. Irwan dikenal dekat dengan akar rumput dan punya basis massa loyal, terutama di wilayah Sigi dan sekitarnya.
“Dia punya prospek cerah, masih muda, dan sangat aktif di partai,” ujar seorang pengurus DPD II.
Dari informasi yang dihimpun, baik Imelda maupun Irwan sama-sama mendapat dukungan signifikan dari kader di tingkat kabupaten/kota. Mereka menjadi dua nama terdepan dalam pertarungan menggantikan Arus Abdul Karim.
Arus Abdul Karim: Tak Lagi Bisa Mencalonkan
Sesuai AD/ART Partai Golkar, ketua hanya boleh menjabat maksimal dua periode. Artinya, Arus Abdul Karim harus menepi. Kendati demikian, peluang diskresi dari ketua umum masih terbuka, jika dianggap perlu.
“Itu kewenangan penuh ketua umum. Kalau beliau menganggap perlu diskresi, bisa saja diterbitkan,” jelas Muhlis Aca.
Selama memimpin Golkar Sulteng, Arus mencatat sejumlah pencapaian. Di antaranya, jabatan Wakil Wali Kota Palu, Bupati Sigi, Bupati Parimo, Wakil Bupati di Poso, Wakil Bupati di Morowali dan Bupati di Tojo Unauna. Kemudian, Banggai dan Bangkep dan Banggai Laut, semua diraih kader Golkar.
Meski beberapa pilkada gagal dimenangkan, Golkar berhasil merebut kembali kursi Ketua DPRD Sulteng dalam Pemilu 2024—setelah sempat lepas ke tangan NasDem pada 2019.
Berebut 24 Suara Kunci
Pertarungan di Musda nanti akan ditentukan oleh 24 suara sah. Suara-suara itu berasal dari 13 DPD II se-Sulteng, ketua demisioner, Dewan Penasehat (Wanhat), dan unsur DPP. Juga termasuk suara organisasi pendiri dan sayap partai seperti AMPG, KPPG, AMPI, MDI, HWK, Al-Hidayah, dan Satkar Ulama.
Satu hal yang pasti: siapa pun yang ingin memimpin Golkar Sulteng harus mengamankan suara akar rumput—dan menjalin komunikasi politik ke atas. Musda memang belum dimulai, tapi kontestasi sudah berjalan. Dua nama sudah menonjol. Sisanya, tinggal menunggu siapa yang paling siap mengambil tongkat estafet. ***